![]() |
172 dosen dan tenaga kependidikan Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) saat menggelar aksi nasional bersama 34 Perguruan Tinggi Negeri Baru (PTNB) lainnya, Kamis (15/5/2025). |
METROPLUS.ID – KARAWANG | Sebanyak 172
dosen dan tenaga kependidikan Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika)
akhirnya angkat suara. Mereka bersatu dalam gelombang aksi nasional bersama 34
Perguruan Tinggi Negeri Baru (PTNB) lainnya, menuntut satu hal yang selama ini
dinanti: janji pengangkatan PPPK menjadi PNS.
Aksi ini bukan sekadar unjuk rasa—ini
adalah penagihan janji Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang
disebut telah disampaikan langsung dalam pertemuan dengan para pimpinan
perguruan tinggi di Istana Negara.
“Kami tidak menuntut lebih. Kami
hanya meminta apa yang menjadi hak kami. Negara telah menerima aset Unsika
sejak 2014—gedung, tanah, semuanya. Tapi kenapa justru SDM-nya dijadikan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)? Di mana letak keadilannya?” tegas Imam Budi Santoso, Ketua Forum Komunikasi Unsika, dengan suara lantang.
Imam bahkan siap disumpah di atas materai demi membuktikan kebenaran janji tersebut. Ia menyebut aksi ini hanyalah awal “pemanasan” menuju aksi besar-besaran yang akan mengguncang ibu kota pada 21 Mei 2025, melibatkan ribuan PPPK dari 35 PTNB seluruh Indonesia.
Dukungan moral pun datang langsung
dari Rektor Unsika, yang berdiri di barisan terdepan perjuangan para dosen dan
tendik. Dalam orasinya yang menggugah, sang Rektor menyampaikan pernyataan
penuh haru:
“Bangunan bisa dibangun belakangan.
Tapi SDM adalah pondasi utama. Tanpa Bapak-Ibu semua, Unsika tidak akan pernah
berdiri kokoh seperti hari ini.”
Tak hanya berbicara tentang peran
vital SDM, sang Rektor juga menyoroti pentingnya kepastian hukum dan keberlanjutan
karier bagi para pegawai yang telah mengabdi bertahun-tahun, bahkan puluhan
tahun.
“Dulu kami adalah pegawai tetap di PTS. Ketika kampus ini dinegerikan, sudah sewajarnya kami menjadi PNS. Jangan jadikan sejarah pengabdian kami sebagai catatan kaki yang dilupakan.”
Aksi serentak yang berlangsung pada Kamis,
15 Mei 2025 ini telah menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakpastian dan
ketidakadilan. Mereka bukan meminta privilese—mereka hanya menuntut pengakuan.
“Kami bukan pegawai kelas dua. Kami
adalah pilar akademik bangsa ini. Dan sekarang, kami bersatu untuk menuntut
janji yang telah diucapkan.”
Dengan semangat yang membara dan tekad yang tak tergoyahkan, para PPPK Unsika dan seluruh PTNB kini berdiri di garis depan perubahan. Mereka berharap, suara yang bergema dari Karawang hingga Jakarta akan membuka mata para pemegang kebijakan, dan menggerakkan realisasi janji yang telah lama dinanti. (*)