![]() |
Persatuan Bank Sampah Sekolah Indonesia (PEBSSI) Heru Saleh, M.Pd., saat memberikan arahan kepada siswa MTs Negeri 1 Karawang, Jumat (16/5/2025). |
METROPLUS.ID - KARAWANG | Pendidikan tidak hanya berbicara soal akademik di dalam ruang kelas, tetapi juga membentuk karakter dan kepedulian sosial. Hal inilah yang tengah digalakkan oleh Persatuan Bank Sampah Sekolah Indonesia (PEBSSI) melalui berbagai program inovatif berbasis lingkungan.
Di bawah naungan PEBSSI, pendekatan pendidikan kini lebih relevan dengan tantangan zaman. Salah satu kegiatan inspiratif berlangsung di MTs Negeri 1 Karawang melalui program pembuatan Ecobrick secara massal yang melibatkan seluruh siswa, guru, serta dukungan dari berbagai pihak.
Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat (16/5/2025), dihadiri langsung oleh Dinas Lingkungan Hidup Karawang, Pengawas Madrasah dari Kementerian Agama, serta pengurus PEBSSI. Tak kurang dari 50 satuan pendidikan telah bergabung dalam gerakan ini, yang mengusung semangat membentuk karakter peserta didik yang cinta dan peduli terhadap lingkungan.
“Pendidikan itu bukan hanya soal nilai di atas kertas, tapi soal perjalanan kolektif menuju keberlanjutan, pemberdayaan, dan aksi nyata demi masa depan bumi. Kita bisa mulai dari hal sederhana seperti mengelola sampah rumah tangga,” ungkap Heru Saleh, M.Pd, selaku Pembina PEBSSI.
Selain kegiatan ecobrick, MTsN 1 Karawang juga menggelar penanaman pohon produktif sebagai bagian dari program Adiwiyata yang bertujuan menjadikan sekolah sebagai basis gerakan peduli dan berbudaya lingkungan. Kegiatan ini turut melibatkan siswa, guru, dan dukungan dari ASTA PROTAS Kementerian Agama.
“Ide utamanya adalah bagaimana peserta didik belajar mencintai lingkungan sejak dini, bukan hanya lewat teori tapi melalui aksi langsung. Dan semua dimulai dari sekolah,” tutur Irma Nurhayati, S.Pd, guru MTsN 1 Karawang.
Melalui program-program seperti ini, PEBSSI tidak hanya menjadi penggerak lingkungan di sekolah, tetapi juga agen perubahan sosial yang menyasar akar persoalan masyarakat, yakni sampah rumah tangga untuk diubah menjadi sumber pembelajaran, harapan, dan pemberdayaan. (*)