![]() |
Gas Elpiji 3 KG. |
METROPLUS.ID – KARAWANG | Pemerintah baru-baru ini memberlakukan kebijakan baru terkait distribusi gas elpiji 3 kg yang hanya bisa dibeli di pangkalan resmi. Namun, kebijakan ini ternyata menimbulkan kesulitan bagi sejumlah warga, terutama yang tinggal jauh dari pangkalan.
Salah satunya adalah Dyka (24), warga Tanjungmekar, Kecamatan Karawang Barat, Kabupaten Karawang, yang mengeluhkan kesulitan mendapatkan gas untuk kebutuhan sehari-hari.
Dyka mengaku, sebelum adanya aturan baru, ia bisa dengan mudah membeli gas
di warung sekitar rumah meskipun harganya sedikit lebih mahal. Namun, dengan
adanya kebijakan yang mewajibkan pembelian hanya melalui pangkalan resmi, ia
harus menempuh perjalanan jauh untuk membeli gas yang diperlukan untuk memasak
sehari-hari.
“Saya lebih baik beli di warung terdekat karena kalau beli ke pangkalan
lumayan jauh. Itu untuk kebutuhan masak di rumah, bayangkan saja, dari rumah ke
pangkalan jauh, hanya untuk beli satu tabung, harus antre lama,” ujarnya saat
ditemui di Tanjungmekar, Senin (4/2/2025).
Selain itu, Dyka juga menyoroti aturan baru yang mewajibkan warga memiliki
izin usaha untuk membeli gas elpiji 3 kg dalam jumlah lebih banyak. Menurutnya,
kebijakan ini sangat memberatkan masyarakat kecil yang hanya membutuhkan gas
untuk kebutuhan rumah tangga atau usaha kecil-kecilan.
“Saya kasihan dengan pedagang dan warga lainnya yang ekonominya terbatas.
Masa harus bikin izin usaha? Ini kan cuma untuk masak, bukan untuk usaha
besar,” tambahnya.
Dyka berharap pemerintah segera mengevaluasi kebijakan tersebut dan mencari
solusi yang lebih berpihak kepada rakyat kecil. Salah satu usulan yang ia
sampaikan adalah mendirikan lebih banyak pangkalan LPG di daerah pelosok agar
masyarakat tidak kesulitan mendapatkan gas.
Senada dengan Dyka, Ikam (57), seorang pedagang martabak Bangka dan roti
bakar di Tanjungmekar, juga mengeluhkan kebijakan ini. Sebelumnya, ia bisa
membeli gas di warung dekat rumah kapan saja dibutuhkan. Namun, kini ia harus
pergi lebih jauh ke pangkalan resmi, yang sering kali kehabisan stok gas karena
pasokan terbatas.
“Biasanya tinggal beli di warung dekat rumah, sekarang harus antre di pangkalan.
Kalau datang kesiangan, gasnya sudah habis,” ujar Ikam.
“Kalau beli di warung kan gampang, meskipun harganya sedikit lebih mahal.
Sekarang harus ke pangkalan atau pangkalan yang jauh, sementara saya harus
tetap jualan setiap hari,” ungkapnya.
Kebijakan baru ini memang bertujuan untuk menyalurkan LPG subsidi tepat
sasaran. Namun, di lapangan, warga merasa semakin kesulitan mendapatkan gas,
terutama mereka yang tinggal jauh dari pangkalan resmi. Banyak yang berharap
pemerintah dapat mencari solusi agar distribusi gas elpiji 3 kg tetap lancar
tanpa menyulitkan masyarakat kecil.
"Harapannya gas elpiji kembali normal seperti dulu. Kalau bisa, harga juga jangan naik, kasihan rakyat kecil," pungkas Ikam. (*)