![]() |
| Ilustrasi. |
METROPLUS.ID - KARAWANG | Pengamat kebijakan pemerintahan Asep Agustian kembali melontarkan kritik tajam terhadap pelaksanaan proyek di Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas PUPR Karawang. Ia menilai konsep Pentahelix yang kerap digaungkan bidang tersebut justru tidak tercermin dalam pelaksanaan proyek-proyek di lapangan.
Sorotan terbaru diarahkan pada proyek pembangunan drainase di Jalan Puri Telukjambe, Kecamatan Telukjambe Timur, yang menelan anggaran sekitar Rp1,4 miliar dan dikerjakan oleh CV Trisula Wijaya. Menurut Asep, proyek itu diduga dikerjakan asal-asalan dan tidak sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK).
“Pelaksanaannya terindikasi kuat asal jadi, bahkan tetap dilanjutkan saat lokasi proyek masih tergenang air,” ungkap Asep Agustian, Selasa (5/11/2025).
Pria yang akrab disapa Askun itu juga menyinggung klaim salah satu pejabat Bidang SDA yang menyebut institusinya “bersih”. Ia menilai klaim tersebut justru bisa menjadi bumerang.
“Kalau memang merasa bersih, jangan Anda sendiri yang bilang. Harusnya orang lain yang menilai. Faktanya, proyek drainase di Puri dikerjakan dalam kondisi banjir. Lalu pasir di lokasi proyek itu untuk apa?” ujarnya menegaskan.
Asep juga menyoroti proyek sabuk pantai yang disebutnya lamban dan berpotensi tidak selesai pada akhir tahun 2025, meski telah menelan anggaran hampir Rp1 miliar. Dua proyek itu, kata dia, menjadi cerminan lemahnya implementasi konsep Pentahelix yang selama ini diklaim menjadi landasan kerja Bidang SDA.
“Katanya konsepnya pentahelix untuk memutus lingkaran setan di birokrasi. Tapi sekarang, ke mana unsur-unsur pentahelix itu? Saya akan terus mengkritisi klaim bersih dan konsep pentahelix ini sampai tuntas,” tegas Ketua DPC Peradi Karawang tersebut.
Asep mendesak Aparat Penegak Hukum (APH) untuk turun tangan menyelidiki pelaksanaan proyek-proyek SDA PUPR Karawang, termasuk proyek drainase Puri Telukjambe dan proyek sabuk pantai.
“APH harus mengungkap sejauh mana konsep pentahelix diterapkan di lapangan. Jika proyeknya benar, tunjukkan di mana letak benarnya. Kalau salah, ungkap di mana kesalahannya. Kalau APH diam saja, publik bisa bertanya-tanya, ada apa antara APH dan ‘Kabid Pentahelix’?” sindirnya.
Asep menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa ia tidak akan berhenti mengawasi dan mengkritisi kinerja Bidang SDA PUPR Karawang.
“Saya tidak akan diam. Mata, telinga, kaki, tangan, dan otak saya akan terus mencari kebenaran di balik proyek-proyek itu,” pungkasnya. (*)
