![]() |
| Kepala UPTD Pengelolaan Pertanian Kecamatan Tegalwaru, Asep Saepudin. |
Asep mengatakan, lahan kebun yang sebelumnya kurang produktif itu akan disulap menjadi kebun kakao yang produktif dengan sistem pemeliharaan intensif dan berbasis pertanian organik lokal. Seluruh proses dilakukan oleh kelompok tani setempat yang dikomandoi oleh Bp. H. Usman.
“Kami berupaya memberdayakan potensi lokal. Semua dikerjakan sendiri oleh kelompok tani, mulai dari pengadaan bibit hingga penanaman,” ujar Asep saat ditemui di lokasi, Jumat (17/10/2025).
Bibit kakao yang digunakan berasal dari biji kakao hasil pembibitan di halaman kantor UPTD Pengelolaan Pertanian Tegalwaru. Bibit tersebut ditanam di polybag sebelum dipindahkan ke lahan utama.
Menurut Asep, tanaman kakao dipilih karena memiliki perawatan mudah, masa produktif panjang, dan cepat berbuah.
“Sekitar dua tahun setelah ditanam, pohon kakao sudah mulai belajar berbuah dan terus berproduksi tanpa menunggu musim panen,” jelasnya bersemangat.
Selain menghasilkan buah bernilai ekonomi tinggi, pohon kakao juga berfungsi sebagai tanaman penghijauan yang dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, termasuk tanah tegalan.
Lebih lanjut, Asep menambahkan bahwa potensi pasar kakao masih sangat luas, dengan harga jual yang menjanjikan dan biaya perawatan relatif murah, terutama jika petani memanfaatkan pupuk organik atau kompos lokal.
Terkait kendala di lapangan seperti serangan hama dan hewan pengerat, Asep mengaku hal itu bukan menjadi hambatan utama.
“Memang ada hama seperti babi, monyet, tupai, dan hewan pengerat lainnya. Tapi itu bukan alasan untuk surut. Justru kita jadikan motivasi agar petani semakin bersemangat meningkatkan kesejahteraan,” pungkasnya.
Pewarta: Ade Rosadi
