Metroplus.id – Karawang | Petani Desa Jangga dan Desa Jumbleng, Kecamatan Losarang, menghadapi masalah serius karena air sungai yang digunakan untuk mengairi sawah tercemar oleh minyak mentah akibat dari kebocoran pipa Pertamina.
16 hari setelah kebocoran pipa Pertamina EP Cemara yang terjadi di wilayah blok Leco, Desa Jangga, petani masih belum mendapatkan kepastian mengenai kondisi air sungai Betokan yang tercemar.
Terpaksa, para petani menggunakan air dari sungai yang tercemar tersebut untuk mengairi sawah meski menyadari risiko yang mungkin timbul.
“Katanya sih sudah ditinjau, tapi saya juga nggak tahu,” ungkap Parisan, seorang petani dari Desa Jangga, sambil menunjukkan tanaman padinya yang tumbuh kurang optimal meskipun sudah diberi pupuk, Senin (29/7/2024).
Bowo, Plt UPTD Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kecamatan Losarang, menjelaskan bahwa dampak pencemaran minyak mentah dapat serius.
“Pengaruhnya tidak akan langsung terasa, tapi dalam jangka panjang bisa menurunkan kesuburan tanah dan produktivitas tanaman,” ujarnya.
Profesor Surono Danu, seorang praktisi pertanian, menambahkan bahwa tanaman yang terkena kontaminasi minyak mentah mengalami gangguan pada daya tahan tubuh dan kesuburan tanah, yang memerlukan waktu lama untuk pemulihan.
Kebocoran pipa Pertamina yang terjadi pada 13 Juli 2024 menyebabkan cairan crude oil mencemari areal persawahan dan sungai Betokan. Meskipun Pertamina telah melakukan penanganan, hingga saat ini belum ada kejelasan mengenai status dan kualitas air yang tercemar.
Para petani berharap ada tindakan cepat dan solusi dari pihak berwenang untuk mengatasi masalah ini dan mencegah kerugian lebih lanjut.
Reporter: Tintus